Saturday, February 28, 2009

Rumah

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu meminta tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya. Walaupun merasa terpaksa, tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan. Ia ingin segera berhenti. Pikirannya tidak sepenuhnya dicurahkan, dengan ogah-ogahan dikerjakannya proyek itu.

Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang, ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan. Pemilik perusahaan datang untuk melihat rumah yang dimintanya dan menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. "Rumah ini adalah milikmu," kata sang pemilik perusahaan. "Hadiah dari saya sebagai penghargaan atas pengabdianmu selama ini."
Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia tahu bahwa sesungguhnya ia mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus, hasil karyanya sendiri.

Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang lebih memilih membangun kehidupan dengan usaha yang ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang terbaik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup, kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan, kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri. Seandainya kita sadar, sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.
Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap.

Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hidup adalah proyek yang kita kerjakan sendiri.

No comments:

Post a Comment