Saturday, February 28, 2009

Ruang Penuh Cahaya

Seorang ayah, kebetulan pengusaha kaya multi-usaha, menghadapi soal yang amat pelik. Siapakah yang harus dipilih menggantikan dirinya memimpin kerajaan bisnisnya yang sudah dibangun susah payah lebih dari setengah abad? Kini usianya sudah kepala tujuh dan penyakit-penyakit tua sudah mulai menggerogoti dirinya. Ia tahu sebentar lagi dirinya akan mengikuti jejak nenek-moyangnya menuju lorong hidup manusia fana.

Anaknya tiga orang. Si sulung amat cerdas, meraih beberapa gelar sarjana dari luar negeri, ia berselera tinggi, canggih, glamour, ambisius, dan punya pergaulan yang luas di kalangan jetset. Cuma si ayah cukup khawatir karena si sulung ini gemar berjudi gede dan niat curangnya pun cukup kuat. Singkatnya, ia cerdas, kreatif, namun licik dan licin.

Si tengah, lebih hebat lagi. Bergelar Doktor bidang kimia dari universitas beken di Amerika, lulus dengan predikat amat sangat memuaskan. Tulisan-tulisan ilmiahnya bertebaran di jurnal-jurnal internasional. Bangga sekali hati si ayah yang cuma lulus SMP zaman Jepang. Dia dosen dan peneliti. Dan di perusahaan ayahnya dia menjabat sebagai Direktur Riset dan Pengembangan. Tetapi untuk menjadi pemimpin perusahaan, ia terlalu akademis, kurang cocok dengan bisnis mereka yang kini berspektrum sangat lebar.

Si bungsu, satu-satunya perempuan, cuma lulusan sebuah universitas dalam negeri. Meskipun sejak lima tahun terakhir ia bergabung dengan usaha ayahnya sebagai Direktur, tetapi ia memulai karirnya di perusahaan asing sebagai wiraniaga. Ia merangkak dari bawah hingga 15 tahun kemudian bisa mencapai posisi General Manager. Otaknya kalah brilian dibanding kedua kakaknya. Meskipun cenderung hemat berkata-kata, namun ia menunjukkan bakat memimpin yang baik. Ia mampu mendengar dengan intens. Berbagai pendapat dan gagasan bisa diolahnya dengan dalam. Gaya hidupnya biasa saja. Ia disenangi sekaligus disegani orang karena sikapnya yang fair, jujur, dan mampu merakyat dengan para bawahannya.

Nah, jika Anda adalah konsultan independen, siapakah pilihan Anda untuk menggantikan sang pemimpin perusahaan? Saya yakin, sebagian besar Anda akan menominasikan si bungsu. Dan si ayah juga demikian. Masalah ini menjadi pelik, karena menurut adat-istiadat, si sulunglah pewaris takhta. Dan, ia sangat berambisi untuk itu. Sedang si bungsu, selain anak terkecil, perempuan lagi. Jadi ia kalah status, gelar dan gender.

Bagaimana jalan keluarnya? Konsultan angkat tangan. Rujukan buku teks tidak ada. Sang patriarch akhirnya hanya bisa mengandalkan wibawa dan hikmatnya sebagai ayah.
Lalu dipanggilnya ketiga anaknya. Dibentangkannya persoalan secara gamblang. Diuraikannya plus-minus setiap anaknya. Dianalisisnya kemungkinan sukses masing-masing memimpin grup usaha itu menuju milenium ketiga. Dialog pun dimulai. Dan si ayah segera maklum, keputusan sulit diambil. "Sudahlah, aku akan memutuskan sendiri siapa penggantiku," kata orangtua itu akhirnya. Ketiganya takzim menurut. Seminggu kemudian, si ayah datang dengan sebuah ujian. "Barangsiapa bisa mengisi ruang ini sepenuh-penuhnya, maka dialah penggantiku," katanya sambil menunjuk ruang rapat yang cuma terisi empat kursi dan sebuah meja bundar. "Budget maksimum Rp 1juta," tambahnya lagi.

Kesempatan pertama jatuh pada si sulung. Enteng, pikirnya. Besoknya, dipenuhinya ruangan itu dengan cacahan kertas berkarung-karung. Dan memang ruangan itu menjadi padat. "Bagus, besok giliranmu," kata si ayah kepada anak keduanya. Dua puluh empat jam kemudian, ruangan itu pun dipenuhinya dengan butiran Styrofoam yang diperolehnya dengan menghancurkan bekas-bekas packaging." Oke, besok giliranmu," kata sang patriarch menunjuk putrinya.

Esoknya, ketika acara inspeksi dimulai, ternyata ruangan masih kosong. "Lho, kok kosong?" tanya ketiganya hampir serempak. Sang putri diam saja. Dimatikannya saklar lampu. Dari sakunya dia keluarkan sebatang lilin. Ditaruhnya di atas meja. Lalu disulutnya dengan sebatang korek api. "Lihat, ruangan ini penuh dengan terang. Silahkan dinilai, apakah ada celah kosong tak tersinari," katanya kalem.
Tak terbantah siapa pun, dia dinyatakan menang dan sang putri pun berhak menduduki kursi tertinggi.

Kecerdasan akan lebih berarti jika diimbangi dengan kebijaksanaan

No comments:

Post a Comment